Senin, 11 Februari 2013

Pendidikan Maju Mutlak bagi sebuah Negara



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima kunjungan kenegaraan Presiden Singapura Tony Tan Keng Yam (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (28/11). Kunjungan Presiden Singapura untuk pertama kalinya ke Indonesia sejak dilantik pada tanggal 1 September 2011 tersebut guna meningkatkan kerja sama Indonesia-Singapura di berbagai bidang seperti perdagangan, investasi, dan ketenagakerjaan. Foto: Investor Daily/ ANTARA/Widodo S. Jusuf/ss/ama/12.  
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima kunjungan kenegaraan Presiden Singapura Tony Tan Keng Yam (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (28/11). Kunjungan Presiden Singapura untuk pertama kalinya ke Indonesia sejak dilantik pada tanggal 1 September 2011 tersebut guna meningkatkan kerja sama Indonesia-Singapura di berbagai bidang seperti perdagangan, investasi, dan ketenagakerjaan. Foto: Investor Daily/ ANTARA/Widodo S. Jusuf/ss/ama/12.


YOGYAKARTA - Presiden Singapura Tony Tan Keng Yam mengatakan bahwa pendidikan yang maju merupakan faktor utama yang mutlak dimiliki oleh sebuah Negara untuk membangun.

Presiden Singapura mengatakan hal tersebut ketika berdialog dengan sekitar 30 mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, di Yogyakarta, Kamis membahas mengenai pentingnya pendidikan bagi kemajuan sebuah bangsa.

"Pendidikan terutama universitas memiliki pengaruh yang cukup tinggi dalam pembangunan sebuah negara sehingga pendidikan yang maju adalah sebuah faktor yang mutlak dimiliki oleh sebuah negara," kata Presiden Tony Tan Keng Yam.

Menurut dia, melalui pendidikan yang maju akan terbentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sehingga para generasi muda bisa memberikan kontribusi yang lebih banyak dalam pembangunan negara.

Ia mengatakan, Singapura adalah sebuah negara yang tidak memiliki banyak sumber daya alam sehingga pengembangan kapasitas sumber daya manusia menjadi salah satu fokus dalam pembangunan negera.

"Pembangunan sumber daya manusia yang berkelanjutan sangat penting dalam era globalisasi seperti saat ini," kata Presiden Tony yang juga mantan Menteri Pendidikan Singapura itu.

Singapura, lanjut dia, menerima pelajar dan mahasiswa dari negara manapun yang akan menuntut ilmu di negara tersebut termasuk dengan Indonesia.

Mahasiswa asing yang belajar di Singapura biasanya menuntut ilmu di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta kedokteran.

"Kami berharap, akan ada pertukaran pelajar dan mahasiswa antara Indonesia dan Singapura di masa yang akan datang. Mahasiswa Singapura bisa belajar di Indonesia dan begitu sebaliknya sehingga hubungan kedua negara menjadi lebih erat," kata Presiden Tony yang pernah berkunjung ke Indonesia untuk pertama kalinya lebih dari 25 tahun lalu.

Sementara itu, Rektor UGM Pratikno mengatakan, universitas tertua di Indonesia tersebut sudah menjalin kerja sama yang cukup erat dengan universitas di Singapura, salah satunya National University of Singapore (NUS).

"Kerja sama itu terkait riset bersama dan pertukaran pelajar serta staf. Universitas-universitas di Singapura merupakan tempat bertemunya akademisi dari seluruh dunia," kata Pratikno.

Kerja sama dengan Singapura, akan lebih difokuskan pada riset tentang pangan, energi, penanganan bencana, lingkungan, dan keberagaman hayati.

UGM dalam kerja sama tersebut, lanjut dia, tidak ingin hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan tetapi bertindak sebagai produsen ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, UGM akan mendirikan "Center for Indonesia Knowlegde and Resource" untuk menggali ilmu pengetahuan Indonesia sehingga memiliki kekuatan di tengah percaturan ilmu pengetahuan internasional.

Ia menambahkan, Indonesia, Singapura, Thailand dan Malaysia juga sedang menggiatkan ASEAN University Network sebagai persiapan menuju one single ASEAN community. (gor/ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar